Trenggalek merupakan sebuah kabupaten di sebelah barat daya dari provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan samudera India. Batas-batas wilayahnya meliputi : sebelah utara berbatasan dengan gunung Wilis, sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Tulungagung, sebelah selatan berbatasan dengan samudera India dan sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Pacitan dan Ponorogo. Keadaan alamnya mayoritas daerah pegunungan dan mayoritas hutan yang telah dikelola oleh Perhutani. Keadaan alam yang demikian menyebabkan pendapatan perkapita penduduk menjadi rendah sehingga banyak warganya yang merantau. Keadaan alam yang minus demikian yang jadi penyebab dahulu Pemerintah Belanda sampai berulang kali memisahkan dan menggabungkan wilayah Trenggalek dengan kabupaten di sekitarnya. Trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan meliputi kecamatan Trenggalek, Bendungan, Karangan, Suruh, Tugu, Pule, Panggul, Dongko, Munjungan, Kampak, Watulimo, Gandusari, Pogalan, Durenan. Ibukota Pemerintahan Kabupaten Trenggalek berada di Kecamatan Trenggalek.
Sejarah
Dari sejarah Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, Kabupaten ini menjadi daerah otonom sejak Pemerintahan Pakubuwono II pada masa Kerajaan Mataram Islam sebelum pecah menjadi 2 Kerajaan yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Bupati Pertama adalah putra dari Pakubuwono II yang bernama Mertodiningrat. Akibat dari gejolak di pusat Kerajaan maka berdasarkan Perjanjian Gianti (1755) Trenggalek-pun ikut terpecah dimana Trenggalek dengan wilayah yang sekarang kecuali Panggul dan Munjungan masuk Ponorogo sebagai bagian dari wilayah Surakarta dan Panggul serta Munjungan masuk Pacitan sebagai bagian dari wilayah Ngayogyakarta.
Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat dihapuskannya pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia.
Asal Usul Nama Trenggalek
Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun Sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Bupati Trenggalek Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak dari Warok Surogentho sampai tergila-gila. Ada salah satu pendapat yang menjabarkan arti Trenggalek sebagai Terang Ing Galih (Terang di Hati), namun menurut penulis pendapat ini tidak mempunyai sisi Historis apapun dilihat dari sudut pandang Tata Bahasa, Sosiologi maupun Geografi dari wilayah Trenggalek itu sendiri. Selama ini hanya ada satu pedoman untuk menyingkap asal usul nama Trenggalek yaitu makam mantan Bupati/Tokoh yang bernama Setono Galek. Namun tidak ada Catatan atau Cerita darimana Tokoh ini berasal dan mengapa bernama Setono Galek pun orang Trenggalek sendiri sepertinya tidak ada yang tahu arti nama itu.Dengan pengetahuan yang terbatas, penulis mencoba mencari tahu sebagaimana dalam tulisan Sejarah Kampak yang pernah saya tulis.
Yang Pertama dari sudut Tata Bahasa yang penulis cari, kata Trenggalek adalah gabungan dari 2 (dua) kata. Yang Pertama adalah Trengga/Treng adalah kependekan dari kata Trenggana dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Bintang/Terang dan Galek/Lek adalah dari kata Galekan/Galek juga dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Hilang/Lenyap. Untuk kata Galek/Galekan itu sendiri tidak banyak orang yang tahu karena kata ini sudah lama tidak terpakai dalam khasanah Tata Bahasa Jawa sehingga sepintas seperti kata yang asing. Arti kata ini penulis dapatkan dari seorang yang mengerti kebudayaan Jawa Kuno karena dalam Kamus Sansekerta yang dikarang bapak Purwadi tidak penulis ketemukan. Arti kata dari gabungan 2 (dua) kata ini menjadi Bintang/Terang yang Hilang/Lenyap. Atau lebih mudahnya berarti Bintangnya/Terangnya Hilang/Lenyap.
Dari arti kata ini penulis berjalan ke belakang dalam Historis atau Sejarah terbentuknya Kabupaten Trenggalek. Sejarah telah tertulis, awal terpecahnya Kerajaan Mataram Islam adalah ketika terjadi Pemberontakan sehingga Ibukota Kerajaan di Kartasura luluh lantak sehingga Pakubuwono II menyingkir ke wilayah Ponorogo dan sekitarnya termasuk Trenggalek. Kemudian atas bantuan Ulama Besar Ponorogo beserta santrinya dan warga Ponorogo,Trenggalek dan Tulungagung Kerajaan dapat direbut kembali. Karena Ibukota sudah hancur maka Ibukota dipindahkan ke Surakarta atau Solo. Atas rasa terimakasih terhadap warga Trenggalek, maka dibentuk Pemerintahan tersendiri di Trenggalek dengan Putra dari Pakubuwono II sendiri sebagai Bupati Pertama.
Inilah awal kehancuran Kerajaan Mataram karena saudara-saudara Pakubuwono II termasuk pamannya sendiri menyatakan ketidakpuasannya karena ternyata Pakubuwono II semakin dekat dengan Pemerintah Hindia Belanda, sebagai pihak yang selama ini menjadi musuh sejak jaman Sultan Agung. Akhirnya Kerajaan Mataram pecah menjadi 4 (empat) Kerajaan kecila yaitu Surakarta,Ngayogyakarta,Pakualaman dan Mangkunegaran.
Uraian Sejarah tadi jika dihubungkan kata Trenggalek dan kedatangan Raja Jawa ke tanah Trenggalek mempunyai kaitan yang erat. Kata Trenggalek atau daerah Trenggalek itu adalah Tempat Terangnya Hilang atau Lenyapnya Bintang Raja Jawa sebagai awal Pembentukan Kadipaten Trenggalek. Penjabaran lebih mudahnya arti Trenggalek adalah Wahyu Kraton/Wahyu Raja-raja Jawa Hilang/Lenyap. Jadi di Trenggalek-lah Lenyapnya/Hilangnya Wahyu Kraton Tanah Jawa. Dan dimana Hilangnya Wahyu Kraton itu sebagaimana Siklus Sejarah, di situ jugalah Muncul/Asal Wahyu Kraton Raja-raja Tanah Jawa.
Sekarang kita menuju Jaman Awal Kemerdekaan Indonesia dimana Presiden Sukarno menunjuk Pahlawan Peta Supriyadi sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Indonesia yang Pertama. Semua orang tahu Supriyadi sudah lenyap antara hidup dan mati. Tetapi mengapa Sukarno tetap menunjuk Supriyadi menjadi Panglima walau orangnya tidak muncul. Tentu Sukarno mempunyai alasan yang kuat dan mungkin hanya Sukarno yang tahu alasannya. Karena sebenarnya banyak Pejuang/Tentara didikan Belanda yang lebih berpengalaman maupun didikan Jepang yang lebih mumpuni. Ternyata menurut penulis alasan Sukarno adalah Supriyadi kelahiran Trenggalek sebagaimana tulisan di atas mungkin menurut Sukarno, Supriyadi-lah pada waktu itu pemegang Wahyu Keprabon/Kraton Tanah Jawa. Untuk alasan ini terasa tidaklah Rasional, namun menurut pandangan masyarakat Jawa hanya orang yang mempunyai atau mendapat Wahyu Keprabon-lah yang sanggup memimpin Indonesia sebagaimana Jawa adalah Setral-nya. Artinya, hanya orang yang mendapat Wahyu Keprabon Tanah Jawa-lah yang kuat memimpin Indonesia. Karena menjadi Pemimpin Dunia dalam pandangan Jawa harus juga sanggup menguasai alam Ghaib yang selama ini diidentikkan dengan Penguasa Laut Selatan. Dan kebetulan menurut orang yang mengerti Ilmu Ghaib Pusat, Kerajaan Laut Selatan adalah di Gunung Kumbokarno Pantai Prigi di Kecamatan Watulimo Trenggalek.
Karena Supriyadi tidak juga muncul akhirnya Sukarno pada tahun 1950an mengunjungi Trenggalek sebagai rangkaian tugas dinas kenegaraan. Yang jadi pertanyaan, untuk urusan apa Presiden Sukarno sebagai Presiden Terbesar Indonesia mau mengunjungi Trenggalek. Padahal daerah ini adalah daerah minus dan tidaklah mempunyai kepentingan yang strategis untuk urusan kenegaraan. Mengapa tidak Tulungagung sebagai tempat waktu kecil dia tinggal atau Blitar rumah dari orangtunya? Dari tulisan di atas, dapat ditarik benang merah tujuan Sukarno adalah ingin mendapatkan Wahyu Keprabon untuk memperkuat kedudukannya karena sebagaimana orang tahu Sukarno adalah orang yang suka hal-hal yang berbau Ghaib dan Budaya Jawa. Ada satu hal yang lucu,apakah benar atau salah adalah waktu penulis masih SD pernah membaca tulisan Sukarno kelahiran Trenggalek. Menurut kakek penulis yang menghadiri pidato Bung Karno di alun-alun Trenggalek, Sukarno mengakui sendiri bahwa dia adalah kelahiran Trenggalek tepatnya di belakang Gedung Bioskop Trenggalek Teater yang sekarang sudah tutup. Inilah yang memperjelas dari arti kata Trenggalek yang berarti Terang Hilang atau Bintang Lenyap atau Wahyu Hilang.
Yang Kedua arti kata Trenggalek menurut Sosio dan Geografis, Trenggalek adalah sejenis tumbuhan lama yang sekarang jarang ditemukan. Ciri-cirinya batangnya berwarna agak kemerahan serta daun dan batangnya kecil. Kata dan Nama Trenggalek adalah bahasa Jawa Kuno dan tidak ada duanya di dunia untuk menamai tumbuhan tersebut dan memang jaman dahulu banyak tumbuh di daerah Trenggalek. Nama lain tumbuhan ini adalah Telaga Sari atau Telaga Warna. Tumbuhan ini sebagai penetralisir zat Radioaktif. Lalu apa hubunganya dengan tumbuh di daerah Trenggalek? Trenggalek adalah daerah perbukitan dan banyak gunung-gunung kecil sambung menyambung melingkari wilayah Trenggalek. Secara Geologi pegunungan Trenggalek adalah barisan dari Pegunungan Kapur Selatan dan bersambung dengan lereng Gunung Wilis. Tidak seluruhnya bukit-bukit tersebut pegunungan kapur yang menandakan daerah Trenggalek adalah bekas lautan. Banyak batu-batuan yang muncul ke permukaan dan membentuk bukit-bukit itu. Dalam Ilmu Geologi dinamakan Batuan Introsif atau batuan muda dan karena proses geologi terbentuk menjadi unsur-unsur logam seperti emas dan sebagainya. Oleh karena itulah daerah Trenggalek kaya akan bahan tambang namun dalam intensitas kecil dan kadang yang masih muda. Akibat dari Proses Kimiawi Alam yang masih berlangsung inilah yang jadi penyebab Zat-zat Radioaktif keluar dari perut bumi sehingga merusak dan menghancurkan makhluk hidup di atasnya. Zat Radioaktif inilah bagi orang yang mempelajari Ilmu Ghaib biasa disebut makhluk Perusak. Hal ini menjadi bertambah kuat mengapa Trenggalek menjadi Pusat Kekuatan Penghancur pada Jaman dahulu. Semisal menurut orang yang mengerti Ilmu Ghaib, Dewata Cengkar yang dikalahkan Prabu Aji Saka bertapa dan berdiam di wilayah Kamulan Kecamatan Durenan. Nyai Roro Kidul yang berunsur Penghancur juga berada di Pantai Prigi sebagai Dayang Ratu Kidul. Dan alasan Syech Subakir mendarat pertama kali di tanah Jawa di Pantai Prigi. Karena wilayah Trenggalek masih diselimuti unsur Radioaktif sebagai zat Penghancur Makhluk Hidup namun juga bisa jadi Zat yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsuhan makhluk hidup. Menjadi masuk akal jika tumbuhan Trenggalek/Telaga Sari/Telaga Warna banyak tumbuh di wilayah Trenggalek sebagai Penyeimbang atau Penetralisir Zat Radioaktif. Dari nama tumbuhan inilah asal muasal menjadi nama daerah Trenggalek khususnya wilayah Kecamatan Trenggalek. Orang Jaman dahulu menamakan suatu wilayah biasa menggunakan nama tumbuhan,hewan,keahlian penduduk,ciri daerah dan sebagainya.
Dari uraian di atas ada 2 (dua) pandangan untuk menentukan asal usul nama Trenggalek. Dan semua penulis serahkan kepada kesimpulan pembaca. Namun pendapat inilah masih entah dan perlu penyempurnaan karena penulis juga belum punya sumber dan pegangan Historis yang bisa dipercaya tentang Siapa dan Sejak Kapan nama Trenggalek dipakai untuk menjadi nama khususnya Kecamatan Trenggalek. Menurut catatan sejarah, secara resmi nama Trenggalek dipakai semenjak berdirinya Kadipaten Trenggalek pada masa Pemerintahan Pakubuwobo II. Apakah sebelumnya sudah dipakai,penulis tidak menemukan pada catatan-catan kuno. Jika kata Trenggalek itu adalah merupakan Satu Kata dan Bukan gabungan 2 (dua) kata, besar kemungkinan bahasa Trenggalek ini sudah ada sejak Jaman Majapahit yang masih kental menggunakan bahasa-bahasa Jawa Kuno. Karena pada masa Islam bahasa-bahas yang digunakan cenderung sudah menggunakan bahasa-bahasa Jawa Baru. Kemudian siapa yang pertama kali memberi nama Trenggalek? Sesuai Prasasti atau Peninggalan Makam Kuno yang ada,besar kemungkinan adalah Setono Galek atau mungkin dialah Penguasa Galek yang pertama.
Demikian tulisan ini penulis buat semata sebagai penambah wawasan dan bukti cinta penulis terhadap tanah kelahirannya. Ada kurang lebihnya penulis sebagai manusia biasa mohon maaf yang sebesar-besarnya dan jika ada tambahan pendapat untuk memperkuat pendapat penulis atau yang tidak sependapat bisa berkomentar karena semua ini adalah ajang pembelajaran bagi kita semua. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Referensi : Wikipedia dan http://www.trenggalekkab.co.id
Sejarah
Dari sejarah Pemerintahan Kabupaten Trenggalek, Kabupaten ini menjadi daerah otonom sejak Pemerintahan Pakubuwono II pada masa Kerajaan Mataram Islam sebelum pecah menjadi 2 Kerajaan yaitu Surakarta dan Ngayogyakarta. Bupati Pertama adalah putra dari Pakubuwono II yang bernama Mertodiningrat. Akibat dari gejolak di pusat Kerajaan maka berdasarkan Perjanjian Gianti (1755) Trenggalek-pun ikut terpecah dimana Trenggalek dengan wilayah yang sekarang kecuali Panggul dan Munjungan masuk Ponorogo sebagai bagian dari wilayah Surakarta dan Panggul serta Munjungan masuk Pacitan sebagai bagian dari wilayah Ngayogyakarta.
Pada tahun 1812, dengan berkuasanya Inggris di Pulau Jawa (Periode Raffles 1812-1816) Pacitan (termasuk didalamnya Panggul dan Munjungan) berada di bawah kekuasaan Inggris dan pada tahun 1916 dengan berkuasanya lagi Belanda di Pulau Jawa, Pacitan diserahkan oleh Inggris kepada Belanda termasuk juga Panggul dan Munjungan.
Pada tahun 1830 setelah selesainya perang Diponegoro, wilayah Kabupaten Trenggalek, tidak termasuk Panggul dan Munjungan, yang semula berada dalam wilayah kekuasaan Bupati ponorogo dan Kasunanan Surakarta masuk di bawah kekuasaan Belanda. Dan, pada jaman itulah Kabupaten Trenggalek termasuk Panggul dan Munjungan memperoleh bentuknya yang nyata sebagai wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten versi Pemerintah Hindia Belanda sampai disaat dihapuskannya pada tahun 1923.
Alasan atau pertimbangan dihapuskannya Kabupaten Trenggalek dari administrasi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu secara pasti tidak dapat diketahui. Namun diperkirakan mungkin secara ekonomi Trenggalek tidak menguntungkan bagi kepentingan pemerintah kolonial Belanda. Wilayahnya dipecah menjadi dua bagian, yakni wilayah kerja Pembantu Bupati di Panggul masuk Kabupaten Pacitan dan selebihnya wilayah Pembantu Bupati Trenggalek, Karangan dan Kampak masuk wilayah Kabupaten Tulungagung sampai dengan pertengahan tahun 1950.
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950, Trenggalek menemukan bentuknya kembali sebagai suatu daerah Kabupaten di dalam Tata Administrasi Pemerintah Republik Indonesia.
Asal Usul Nama Trenggalek
Dalam Babad, Legenda, Cerita Rakyat maupun Sejarah tidak pernah ada yang menyinggung asal usul nama Trenggalek. Cerita Rakyat yang berkembang selama ini hanya mengisahkan Kepahlawan dari Bupati Trenggalek Menaksopal dan Ketampanan Putra Bupati Trenggalek sehingga Suminten anak dari Warok Surogentho sampai tergila-gila. Ada salah satu pendapat yang menjabarkan arti Trenggalek sebagai Terang Ing Galih (Terang di Hati), namun menurut penulis pendapat ini tidak mempunyai sisi Historis apapun dilihat dari sudut pandang Tata Bahasa, Sosiologi maupun Geografi dari wilayah Trenggalek itu sendiri. Selama ini hanya ada satu pedoman untuk menyingkap asal usul nama Trenggalek yaitu makam mantan Bupati/Tokoh yang bernama Setono Galek. Namun tidak ada Catatan atau Cerita darimana Tokoh ini berasal dan mengapa bernama Setono Galek pun orang Trenggalek sendiri sepertinya tidak ada yang tahu arti nama itu.Dengan pengetahuan yang terbatas, penulis mencoba mencari tahu sebagaimana dalam tulisan Sejarah Kampak yang pernah saya tulis.
Yang Pertama dari sudut Tata Bahasa yang penulis cari, kata Trenggalek adalah gabungan dari 2 (dua) kata. Yang Pertama adalah Trengga/Treng adalah kependekan dari kata Trenggana dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Bintang/Terang dan Galek/Lek adalah dari kata Galekan/Galek juga dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuno yang berarti Hilang/Lenyap. Untuk kata Galek/Galekan itu sendiri tidak banyak orang yang tahu karena kata ini sudah lama tidak terpakai dalam khasanah Tata Bahasa Jawa sehingga sepintas seperti kata yang asing. Arti kata ini penulis dapatkan dari seorang yang mengerti kebudayaan Jawa Kuno karena dalam Kamus Sansekerta yang dikarang bapak Purwadi tidak penulis ketemukan. Arti kata dari gabungan 2 (dua) kata ini menjadi Bintang/Terang yang Hilang/Lenyap. Atau lebih mudahnya berarti Bintangnya/Terangnya Hilang/Lenyap.
Dari arti kata ini penulis berjalan ke belakang dalam Historis atau Sejarah terbentuknya Kabupaten Trenggalek. Sejarah telah tertulis, awal terpecahnya Kerajaan Mataram Islam adalah ketika terjadi Pemberontakan sehingga Ibukota Kerajaan di Kartasura luluh lantak sehingga Pakubuwono II menyingkir ke wilayah Ponorogo dan sekitarnya termasuk Trenggalek. Kemudian atas bantuan Ulama Besar Ponorogo beserta santrinya dan warga Ponorogo,Trenggalek dan Tulungagung Kerajaan dapat direbut kembali. Karena Ibukota sudah hancur maka Ibukota dipindahkan ke Surakarta atau Solo. Atas rasa terimakasih terhadap warga Trenggalek, maka dibentuk Pemerintahan tersendiri di Trenggalek dengan Putra dari Pakubuwono II sendiri sebagai Bupati Pertama.
Inilah awal kehancuran Kerajaan Mataram karena saudara-saudara Pakubuwono II termasuk pamannya sendiri menyatakan ketidakpuasannya karena ternyata Pakubuwono II semakin dekat dengan Pemerintah Hindia Belanda, sebagai pihak yang selama ini menjadi musuh sejak jaman Sultan Agung. Akhirnya Kerajaan Mataram pecah menjadi 4 (empat) Kerajaan kecila yaitu Surakarta,Ngayogyakarta,Pakualaman dan Mangkunegaran.
Uraian Sejarah tadi jika dihubungkan kata Trenggalek dan kedatangan Raja Jawa ke tanah Trenggalek mempunyai kaitan yang erat. Kata Trenggalek atau daerah Trenggalek itu adalah Tempat Terangnya Hilang atau Lenyapnya Bintang Raja Jawa sebagai awal Pembentukan Kadipaten Trenggalek. Penjabaran lebih mudahnya arti Trenggalek adalah Wahyu Kraton/Wahyu Raja-raja Jawa Hilang/Lenyap. Jadi di Trenggalek-lah Lenyapnya/Hilangnya Wahyu Kraton Tanah Jawa. Dan dimana Hilangnya Wahyu Kraton itu sebagaimana Siklus Sejarah, di situ jugalah Muncul/Asal Wahyu Kraton Raja-raja Tanah Jawa.
Sekarang kita menuju Jaman Awal Kemerdekaan Indonesia dimana Presiden Sukarno menunjuk Pahlawan Peta Supriyadi sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Indonesia yang Pertama. Semua orang tahu Supriyadi sudah lenyap antara hidup dan mati. Tetapi mengapa Sukarno tetap menunjuk Supriyadi menjadi Panglima walau orangnya tidak muncul. Tentu Sukarno mempunyai alasan yang kuat dan mungkin hanya Sukarno yang tahu alasannya. Karena sebenarnya banyak Pejuang/Tentara didikan Belanda yang lebih berpengalaman maupun didikan Jepang yang lebih mumpuni. Ternyata menurut penulis alasan Sukarno adalah Supriyadi kelahiran Trenggalek sebagaimana tulisan di atas mungkin menurut Sukarno, Supriyadi-lah pada waktu itu pemegang Wahyu Keprabon/Kraton Tanah Jawa. Untuk alasan ini terasa tidaklah Rasional, namun menurut pandangan masyarakat Jawa hanya orang yang mempunyai atau mendapat Wahyu Keprabon-lah yang sanggup memimpin Indonesia sebagaimana Jawa adalah Setral-nya. Artinya, hanya orang yang mendapat Wahyu Keprabon Tanah Jawa-lah yang kuat memimpin Indonesia. Karena menjadi Pemimpin Dunia dalam pandangan Jawa harus juga sanggup menguasai alam Ghaib yang selama ini diidentikkan dengan Penguasa Laut Selatan. Dan kebetulan menurut orang yang mengerti Ilmu Ghaib Pusat, Kerajaan Laut Selatan adalah di Gunung Kumbokarno Pantai Prigi di Kecamatan Watulimo Trenggalek.
Karena Supriyadi tidak juga muncul akhirnya Sukarno pada tahun 1950an mengunjungi Trenggalek sebagai rangkaian tugas dinas kenegaraan. Yang jadi pertanyaan, untuk urusan apa Presiden Sukarno sebagai Presiden Terbesar Indonesia mau mengunjungi Trenggalek. Padahal daerah ini adalah daerah minus dan tidaklah mempunyai kepentingan yang strategis untuk urusan kenegaraan. Mengapa tidak Tulungagung sebagai tempat waktu kecil dia tinggal atau Blitar rumah dari orangtunya? Dari tulisan di atas, dapat ditarik benang merah tujuan Sukarno adalah ingin mendapatkan Wahyu Keprabon untuk memperkuat kedudukannya karena sebagaimana orang tahu Sukarno adalah orang yang suka hal-hal yang berbau Ghaib dan Budaya Jawa. Ada satu hal yang lucu,apakah benar atau salah adalah waktu penulis masih SD pernah membaca tulisan Sukarno kelahiran Trenggalek. Menurut kakek penulis yang menghadiri pidato Bung Karno di alun-alun Trenggalek, Sukarno mengakui sendiri bahwa dia adalah kelahiran Trenggalek tepatnya di belakang Gedung Bioskop Trenggalek Teater yang sekarang sudah tutup. Inilah yang memperjelas dari arti kata Trenggalek yang berarti Terang Hilang atau Bintang Lenyap atau Wahyu Hilang.
Yang Kedua arti kata Trenggalek menurut Sosio dan Geografis, Trenggalek adalah sejenis tumbuhan lama yang sekarang jarang ditemukan. Ciri-cirinya batangnya berwarna agak kemerahan serta daun dan batangnya kecil. Kata dan Nama Trenggalek adalah bahasa Jawa Kuno dan tidak ada duanya di dunia untuk menamai tumbuhan tersebut dan memang jaman dahulu banyak tumbuh di daerah Trenggalek. Nama lain tumbuhan ini adalah Telaga Sari atau Telaga Warna. Tumbuhan ini sebagai penetralisir zat Radioaktif. Lalu apa hubunganya dengan tumbuh di daerah Trenggalek? Trenggalek adalah daerah perbukitan dan banyak gunung-gunung kecil sambung menyambung melingkari wilayah Trenggalek. Secara Geologi pegunungan Trenggalek adalah barisan dari Pegunungan Kapur Selatan dan bersambung dengan lereng Gunung Wilis. Tidak seluruhnya bukit-bukit tersebut pegunungan kapur yang menandakan daerah Trenggalek adalah bekas lautan. Banyak batu-batuan yang muncul ke permukaan dan membentuk bukit-bukit itu. Dalam Ilmu Geologi dinamakan Batuan Introsif atau batuan muda dan karena proses geologi terbentuk menjadi unsur-unsur logam seperti emas dan sebagainya. Oleh karena itulah daerah Trenggalek kaya akan bahan tambang namun dalam intensitas kecil dan kadang yang masih muda. Akibat dari Proses Kimiawi Alam yang masih berlangsung inilah yang jadi penyebab Zat-zat Radioaktif keluar dari perut bumi sehingga merusak dan menghancurkan makhluk hidup di atasnya. Zat Radioaktif inilah bagi orang yang mempelajari Ilmu Ghaib biasa disebut makhluk Perusak. Hal ini menjadi bertambah kuat mengapa Trenggalek menjadi Pusat Kekuatan Penghancur pada Jaman dahulu. Semisal menurut orang yang mengerti Ilmu Ghaib, Dewata Cengkar yang dikalahkan Prabu Aji Saka bertapa dan berdiam di wilayah Kamulan Kecamatan Durenan. Nyai Roro Kidul yang berunsur Penghancur juga berada di Pantai Prigi sebagai Dayang Ratu Kidul. Dan alasan Syech Subakir mendarat pertama kali di tanah Jawa di Pantai Prigi. Karena wilayah Trenggalek masih diselimuti unsur Radioaktif sebagai zat Penghancur Makhluk Hidup namun juga bisa jadi Zat yang bisa dimanfaatkan untuk kelangsuhan makhluk hidup. Menjadi masuk akal jika tumbuhan Trenggalek/Telaga Sari/Telaga Warna banyak tumbuh di wilayah Trenggalek sebagai Penyeimbang atau Penetralisir Zat Radioaktif. Dari nama tumbuhan inilah asal muasal menjadi nama daerah Trenggalek khususnya wilayah Kecamatan Trenggalek. Orang Jaman dahulu menamakan suatu wilayah biasa menggunakan nama tumbuhan,hewan,keahlian penduduk,ciri daerah dan sebagainya.
Dari uraian di atas ada 2 (dua) pandangan untuk menentukan asal usul nama Trenggalek. Dan semua penulis serahkan kepada kesimpulan pembaca. Namun pendapat inilah masih entah dan perlu penyempurnaan karena penulis juga belum punya sumber dan pegangan Historis yang bisa dipercaya tentang Siapa dan Sejak Kapan nama Trenggalek dipakai untuk menjadi nama khususnya Kecamatan Trenggalek. Menurut catatan sejarah, secara resmi nama Trenggalek dipakai semenjak berdirinya Kadipaten Trenggalek pada masa Pemerintahan Pakubuwobo II. Apakah sebelumnya sudah dipakai,penulis tidak menemukan pada catatan-catan kuno. Jika kata Trenggalek itu adalah merupakan Satu Kata dan Bukan gabungan 2 (dua) kata, besar kemungkinan bahasa Trenggalek ini sudah ada sejak Jaman Majapahit yang masih kental menggunakan bahasa-bahasa Jawa Kuno. Karena pada masa Islam bahasa-bahas yang digunakan cenderung sudah menggunakan bahasa-bahasa Jawa Baru. Kemudian siapa yang pertama kali memberi nama Trenggalek? Sesuai Prasasti atau Peninggalan Makam Kuno yang ada,besar kemungkinan adalah Setono Galek atau mungkin dialah Penguasa Galek yang pertama.
Demikian tulisan ini penulis buat semata sebagai penambah wawasan dan bukti cinta penulis terhadap tanah kelahirannya. Ada kurang lebihnya penulis sebagai manusia biasa mohon maaf yang sebesar-besarnya dan jika ada tambahan pendapat untuk memperkuat pendapat penulis atau yang tidak sependapat bisa berkomentar karena semua ini adalah ajang pembelajaran bagi kita semua. Semoga bermanfaat bagi kita semua.
Referensi : Wikipedia dan http://www.trenggalekkab.co.id
Mungkin Anda Juga Minat Untuk Membaca Ini :
0 komentar:
Posting Komentar
POST A COMMENT
> Silakan sobat berkomentar dengan sopan.
> Berkomentarlah atau berupa kritik dan saran sesuai dengan artikel.
> Jangan berkomentar dengan berbau SARA,SPAM&PORNO.
> Jangan juga menyertakan IKLAN,PROMOSI atau LINK.
> Setiap komentar yang masuk,sebisa mungkin akan saya reply.
> Sobat Follow Blog saya, Saya juga akan Follback
> Terimakasih telah mengunjungi Blog AMIGOS ™.